BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika berperan penting terhadap pengembangan daya
berfikir siswa untuk menjadi manusia yang unggul, yaitu manusia yang dapat
menggunakan nalarnya untuk kemajuan umatnya (Adjie, 2006), cara berfikir dengan
menggunakan nalar ini dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Pentingnya peranan matematika ini mendorong pemerintah
sebagai lembaga makro untuk selalu meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
pemerintah dituntut untuk selalu berinovasi terhadap mutu pendidikan yaitu
salah satunya dengan membekali kemampuan anak bangsa baik dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotornya. Sehingga penguasaan terhadap bidang matematika
menjadi salah satu poin penting yang diperlukan dalam pencapaian tujuan pemerintah
tersebut khususnya di sekolah dasar.
Pada dasarnya, setiap individu siswa berbeda, baik dalam cara
belajarnya maupun dalam proses memahami konsep-konsep yang disampaikan, oleh
karena itu guru dituntut untuk menyajikan konsep-konsep tersebut dalam suasana
yang menyenangkan yang disesuaikan dengan perkembangan anak sekolah dasar, yang
menurut Jean Piaget (Suwangsih)
berada pada tahap operasi konkret (7-12 tahun).
Keterlibatan siswa secara total dalam pembelajaran ini
penting guna ketercapaian hasil akhir yang sukses, hal inilah yang menjadi
dasar penulis melakukan penelitian pada tahun 2010 mengenai salah satu materi
dalam disiplin ilmu matematika yaitu pemahaman bangun datar di kelas III di
salah satu sekolah dasar di Kabupaten Sumedang dalam kurun waktu 5 bulan di
mulai pada bulan Februari dan berakhir pada bulan Juni dengan mengambil judul penelitian yaitu “Penerapan Model
Kontekstual untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Konsep
Keliling dan Luas pada Bangun Persegipanjang pada Siswa Kelas III SDN Citimun
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.
B. Rumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan,
perencanaan, dan pelaksanaan model
kontekstual untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran konsep
keliling dan luas pada bangun persegipanjang pada siswa kelas III Sdn Citimun
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang?
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan data
awal diperoleh hasil dari keseluruhan sampel siswa, yang tuntas adalah 2 orang
yang artinya 90,9 dinyatakan tidak tuntas. Sehingga desain pembelajaran yang
diperlukan sebagai bentuk alternatif pembelajaran adalah dengan penerapan model
kontekstual yaitu melalui konteks denah. Melalui konteks denah siswa akan
diajak dengan beragam strategi dan pendekatan merujuk pada pandangan Van Hiele (Subarinah, 2006; Maulana,
2007) yaitu untuk mengidentifikasi, menentukan, mengukur dan menyimpulkan
proses yang dialaminya melalui lembar kerja siswa.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan, perencanaan,
dan pelaksanaan model kontekstual untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran konsep keliling dan luas pada bangun persegipanjang pada siswa
kelas III Sdn Citimun Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat praktis
a.
Bagi siswa : menjadikan pembelajaran matematika
menjadi lebih menyenangkan.
b.
Bagi guru : meningkatkan profesionalisme guru
dalam melakukan pembelajaran.
2.
Manfaat
Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan
penulis.
E. Batasan Istilah
1.
Model Kontekstual : suatu model yang menekankan
pada keterkaitan konseo-konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.
2.
Pemahaman : kemampuan siswa dalam memahami
konsep, indikator dari keberhasilan siswa yaitu siswa mampu menyeleseikan soal
yang berhubungan dengan konsep.
3.
Pengertian keliling : keseluruhan jumlah ukuran
sisi dalam bangun datar.
4.
Pengertian luas : banyak petak dalam suatu
bangun datar.
5.
Pengertian persegi : suatu bangun datar yang
memiliki empat sis dengan ukuran sisi yang sama panjang.
6.
Pengertian persegipanjang : suatu bangun datar
yang memiliki empat sisi dengan ukuran sisi yang berhadapan sama panjang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika
1. Pengertian Matematika
Kata matematika
berasal dari bahasa Yunani, yaitu mathema
yang artinya pengkajian, pembelajaran atau arti yang lebih luasnya yaitu
pengkajian matematika. Sama hanya kata lainnya, mathematike, mathein, atau mathenen
mempunyai arti yang kurang lebih sama dengan mathema (Subarinah, 2006)
Menurut James dan
James (Suwangsih, 2006: 4) matematika adalah suatu ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya. Matematika terbagi atas tiga bagian besar yaitu aljabar,
analisis, dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika
terdiri atas empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometria, dan analisis.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu terstruktur yang bersifat deduktif
atau aksiomatik, akurat, abstrak, dan ketat. Karena keabstrakannya itu, guru
harus benar-benar merencanakan penyampaian agar ilmu matematika yang diajarkan
dapat dipahami dan diterapkan siswa yang masih berfikir konkret dlam kehidupan
sehari-hari.
2. Karakteristik Matematika
Ruseffendi (1992)
mengungkapkan bahwa matematika memiliki
kekhasan tersendiri yaitu :
a.
Keabsahan dan kebenaran pola pikir
b.
Menyelesaikan dan mengkaji bentuk-bentuk
informasi.
c.
Mengumpulkan, menyajikan, mengolah, dan
menafsirkan data.
3. Manfaat Matematika
Manfaat matematika
menurut Russefendi (1992) yaitu sebagai berikut :
a.
Dengan belajar matematika, manusia dapat
menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat.
b.
Matematika dapat dipergunakan untuk melihat
fakta dan menjelaskan persoalan.
c.
Matematika membantu pengembangan ilmu lain.
d.
Matematika berguna sebagai penunjang alat-alat
canggih.
4. Peran Matematika
Yusuf (2008) dan
Choto (2009) mengemukakan peran matematika yaitu sebagai berikut :
a.
Matematika berperan dalam mengembangkan
kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang
diperlukan dalam kehidupan sehari hari.
b.
Matematika berperan mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika.
B. Teori Belajar
1. Teori Belajar Jean Piaget
a.
Tahap sensori motor (lahir-2 tahun)
b.
Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
c.
Tahap Operasi Konkret (7-12 tahun)
d.
Tahap Operasi Formal (11 tahun –dewasa)
2. Teori Belajar Van Hiele
a.
Tahap visualisasi/pengenalan
b.
Tahap analitis
c.
Tahap pengurutan
d.
Tahap deduksi
e.
Tahap akurasi/rigor
3. Teori Belajar Robert M. Gagne
a. Fase apprehending
b. Fase acquisition
c. Fase storage
d. Fase retrieval
4.
Teori Operant Conditioning (Skinner)
a. Respondent response
b. Operant response
C. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran
Rooijakkers (2003)
mengatakan bahwa poses belajar (pembelajaran) merupakan sesuatu yang harus
ditempuh seseorang untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.
Siswa yang telah mengikuti pembelajaran dapat disebut telah mengerti sesuatu
hal, apabila siswa tersebut juga dapat menerapkan dalam kehidupannya. Pembelajaran menurut UU RI Nomor 20 Tahun
2003 Bab I Pasal 1 ayat 20 (Ambarita, 2006: 63) yaitu suatu proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
UNESCO melalui Commision of Education for the Twenty First
Century (Tilaar, 1999) mengusulkan empat pilar belajar, yaitu learning to know, learning to do, learning
to live together, learning to be. Apabila keempat pilar tersebut
diterapkan, diharapkan proses pembelajaran memungkinkan siswa dapat menguasai
cara memperoleh pengetahuan, dan menerapkan pengetahuan yang dipelajarinya,
berinteraksi secara aktif dengan sesama siswa lain sehungga dapat menemukan
makna dalam diri siswa tersebut.
2. Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
Pembelajaran
matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah) yang memungkinkan
kegiatan siswa belajar matematika di sekolah sejalan dengan pendapat DePorter, Reardon, dan Nourie (2005: 5)
yang mempunyai prinsip “ bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia
kita ke dunia mereka”. Artinya bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar
pada dasarnya adalah berpusat pada kegiatan siswa belajar.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika
Bloom (Ruseffendi, 1992: 304) yang
dikenal dengan taksonomi Bloom. Menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan itu
terdiri dari tiga domain yaitu daerah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir siswa, afektif brhubungan dengan
sikap dan nilai, dan psikomotor berhubungan dengan gerak.
4. Kondisi Aktual Pembelajaran Matematika Di
Sekolah Dasar
Pembelajaran
matematika dewasa ini telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal model
maupun strategi. Hal ini dikarenakan banyaknya inovasi yang bermunculan baik
dari para ahli pendidikan maupun dari pemerintah sendiri, tidak semata-mata
berpaku pada pembelajaran konvensional namun lebih memperhatikan aspek-aspek
lain yang turut berpengaruh terhadap pembelajaran matematika, seperti
lingkungan sekitar, bahan ajar yang disajikan, dan lain sebagainya, hal ini
turut berpengaruh pula terhadap keberhasilan siswa dalam memahami materi.
Namun pada kenyataannya hal ini bukanlah
sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan oleh guru, karena perlu pemahaman dan
pemikiran yang mendalam terkait dengan pemilihan model, media, materi, alat
evaluasi, dan unsur lainnya yang terkait dengan pembelajaran matematika,
sehingga hal ini akan menjadi tugas yang berat bagi guru yang kurang memahami
dan kurang terampil untuk dapat menyajikan pembelajaran sesuai dengan tuntutan
dalam waktu yang tepat sesuai yang direncanakan.
D. Model Kontekstual
1. Pengertian Model Kontekstual
Model diartikan
sebagai suatu contoh konseptual atau prosedural, dari suatu progrem, sistem atau
proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman, dalam rangka memecahkan suatu
masalah atau mencapai suatu tujuan (Ambarita, 2006).
Pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and
learning) dijabarkan oleh COR (Center
for Occupational Research) dalam Muslich (2007: 41) menjadi lima konsep yang
disingkat menjadi REACT, yaitu sebagai berikut:
a.
Relating;
bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata.
b.
Experiencing;
belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan.
c.
Applying;
belajar dalam rangka penerapan kebutuhan praktis.
d.
Cooperating;
belajar untuk mendapatkan pengalaman yang baru.
2. Karakteristik Model Kontekstual (menurut
Sanjaya, 2006)
a. Activating knowledge
Dalam pembelajaran kontekstual,
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya
apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
b. Aquiring knowledge
Pembelajaran kontekstual adalah
belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
c. Understanding knowledge
Pemahaman pengetahuan artinya
pemahaman yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan
diyakini.
d. Applying knowledge
Mempraktikkan pengetahuan dan
pengalaman tersebut artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus
dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
e. Reflecting knowledge
Melakukan refleksi terhadap strategi
pengembangan pengetahuan, hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk perbaikan
dan penyempurnaan strategi.
3. Latar Belakang Munculnya Model Kontekstual
a.
Latar belakang fisiologis
b.
Latar belakang psikologis
4. Asas-Asas Dalam Model Kontekstual
a. Konstruktivism
Kontruktivisme adalah proses
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam stuktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman.
b. Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran
yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara
sistematis.
c. Questioning
Sanjaya (2006:120) mengemukakan bahwa
belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
d. Learning Community
Konsep masyarakat belajar dalam model
kontekstual dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.
e. Modeling
Asas modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
f.
Reflection
Refleksi adalah proses pengendapan
pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. Authentic assessment
Penilaian nyata adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan oleh siswa.
5. 5 Bentuk Belajar Dalam Model Kontekstual
(menurut Supinah, 2008) :
a.
Pembelajaran berdasar masalah.
Problem
based learning yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa.
b.
Pembelajaran kooperatif
Cooperative
learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan proses kerja
sama dalam kelompok pembelajaran kecil.
c.
Pembelajaran berdasar proyek
Projek
based learning adalah suatu pendekatan yang memperkenankan siswa untuk
bekerja mandiri dalam mengkontruksi pembelajarannya.
d.
Pembelajaran pelayanan
Service
learning yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan
praktis dari pengetahuan baru.
e.
Pembelajaran berdasar kerja
Work
based learning yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan kontek tempat kerja untuk mempelajari materi ajar.
E. Geometri
1.
Pengertian Geometri : Geometri berkaitan erat
dengan unsur-unsur yang tidak terdefinisi seperti titik, garis, kurva, ataupun
bidang, dan dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan tersebut membangun
unsur-unsur yang dapat didefinisikan (Maulana, 2006). Belajar geometri adalah
belajar matematis, yaitu meletakkan struktur hierarki dari konsep-konsep yang
lebih tinggi berdasarkan apa yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga dalam
belajar geometri seseorang harus mampu menciptakan kembali semua konsep yang
ada dalam fikirannya.
2.
Pembelajaran Geometri : di dunia ini benda-benda
yang terlihat rata atau datar belum tentu memenuhi syarat untuk digolongkan
sebagai bangun datar. Sebagai batasan, selembar kertas yang rata, lantai yang
rata, dan benda lainnya yang mengabaikan ketebalannya, benda-benda tersebut
disebut model dari bangun datar. Maulana (2007) mengemukakan bahwa bangun datar
adalah kurva tertutup sederhana yang membentuk ruas-ruas garis yang disebut
segi banyak (poligon), terdapat poligon yang semua sisi dan sudutnya kongruen
dan pada penelitian ini dibatasi pada poligon beraturan bersisi empat yaitu
bangun persegi dan persegipanjang.
F. Temuan Hasil Yang Relevan
Penelitian
yang dilakukan oleh I’anah (2007) dan Istikomah (2008) sama-sama mengangkat
model kontekstual sebagai model pembelajaran dalam penelitiannya dan diperoleh
hasil dari dua penelitian tersebut bahwa terjadi peningkatan pemahaman sesuai
dengan tujuan penelitian masing masing.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
rumusan masalah, pemecahan masalah, dan kajian pustaka yang telah di paparkan
sebelumnya, maka hipotesis tindakan penelitian tindakan ini adalah : “ Jika
model kontekstual diterapkan dalam pembelajaran konsep keliling dan luas pada
bangun persegi dan persegipanjang, maka pemahaman pada siswa kelas III Sekolah
Dasar Negeri Citimun 1 akan meningkat”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi penelitian yaitu di SD Negeri Citimun 1
Jalan Tanjung Kerta Desa Citimun Kecamatan Cimalaka Kabupaten sumedang.
2.
Waktu penelitian selama 5 bulan dari Bulan
Februari sampai Bulan Juni Tahun 2010.
B. Subjek Penelitian
Siswa kelas III SDN Citimun I tahun ajaran 2009/2010. Jumlah
keseluruhan 26 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
C. Metode Dan Desain Penelitian
1.
Metode yang digunakan yaitu metode penelitian
tindakan kelas (classroom action research)
dengan pengolahan data secara kualitatif.
2.
Desain penelitian yang dipilih yaitu Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Kasbolah,
1998: 114) yang dimulai dari suatu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
D. Prosedur Penelitian
1.
Tahapan perencanaan, meliputi ijin
administratif, pengkajian RPP secara menyeluruh, pemilihan prosedur penelitian,
melakukan penelitian awal, pengkoordinasian dengan praktisi, perumusan
langkah-langkah, dan terakhir yaitu pemilihan prosedur evaluasi penelitian.
2.
Tahap pelaksanaan, meliputi tahap-tahap
pembelajaran yang tersaji dalam RPP.
3.
Tahap observasi, dilakukan selama terjadi proses
pembelajaran.
4.
Tahap refleksi, pada tahap ini, data yang
diperoleh kemudian diurai, dipahami, diuji, dan dibandingkan dengan pemerolehan
data sebelumnya sehingga dapat ditarik kesimpulannya.
E. Instrumen Penelitian
1.
Pedoman Observasi, pedoman observasi ini
merupakan alat dari teknik observasi yang dilakukan oleh observer baik pada
objek penelitian yaitu aktifitas siswa, maupun pada aktifitas guru sehingga
dapat terkumpul data yang diperlukan secara lengkap.
2.
Pedoman wawancara, proses wawancara ini
dilakukan berupa proses tanya jawab yang dilakukan pewawancara kepada subjek
penelitian dan pihak-pihak yang terkait.
3.
Tes, dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa.
4.
Catatan lapangan, berisikan hal-hal yang terjadi
selama berlangsungnya kegiatan penelitian ini.
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
1.
Teknik pengolahan data
a.
Pengolahan data proses, meliputi aktifitas siswa
(keaktifan, motivasi, kerjasama, dan disiplin) dan kinerja guru
b.
Pengolahan data hasil, dengan memperhatikan
ketuntasan klasikal 100% pada pemahaman materi yang didasarkan pada KKM yaitu
sebesar 63,67 dan aktifitas siswa yaitu 75% dari tiap aspeknya.
2.
Analisis data
a.
Reduksi data, peneliti melakukan pemilihan dan
pemusatan perhatian pada data kasar sehingga diperoleh informasi hasil
tindakan.
b.
Paparan data, data dikembangkan mendaji sebiah
deskripsi umum yang tersusun sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
c.
Penyimpulan, dengan memperhatikan expert opinion.
G. Validasi Data
Validasi
data yang digunakan yaitu member check,
triangulasi, dan audit trail.
BAB IV
PAPARAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data Awal
Observasi
awal dilaksanakan tanggal 18 Desember 2009 menghasilkan data sebagai berikut:
1.
Kinerja guru : kurangnya kesiapan guru dalam
persiapan pembelajaran.
2.
Aktivitas siswa : persentase keberhasilan dalam
aspek keaktifan sebesar 54,17%, aspek motivasi sebesar 51,04%, aspek kerja sama
dan aspek disiplin 0%
3.
Tes : besar persentase ketuntasan 9,1%
4.
Wawancara : sebagian besar siswa menganggap
materi matematika sulit untuk dipahami.
Kesimpulan : pembelajaran matematika yang berkaitan dengan konsep
keliling dan luas pada bangun persegi dan persegipanjang belum optimal
dilaksanakan.
B. Papara Data Tindakan
1. Siklus I
Menetapkan guru kelas III sebagai
praktikan, sedangkan wali kelas III sebagai observer kinerja guru, peneliti
bersama dengan seorang rekan sejawat bertindak sebagai observer terhadap
aktivitas siswa. Segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran disiapkan
dengan seksama dengan validasi data yaitu audit trail.
Perolehan data pada siklus I :
a.
Kinerja guru : persentase kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran sebesar 90,22%
b.
Aktivitas siswa : persentase keberhasilan pada aspek
keaktifan sebesar 63,94%, aspek motivasi sebesar 56,25%, aspek kerja sama
sebesar 58,18% dan aspek disiplin sebesar 75,48%
c.
Tes : persentase ketuntasan klasikal sebesar
51,83%
2. Siklus II
a.
Kinerja guru : persentase kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran sebesar 100%
b.
Aktivitas siswa : persentase keberhasilan pada
aspek keaktifan sebesar 64,85%, aspek motivasi sebesar 71,63%, aspek kerja sama
sebesar 69,71% dan aspek disiplin sebesar 76,92%
c.
Tes : persentase ketuntasan klasikal sebesar
71,83%
3. Siklus III
a.
Kinerja guru : persentase kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran sebesar 100%
b.
Aktivitas siswa : persentase keberhasilan pada
aspek keaktifan sebesar 76,93%, aspek motivasi sebesar 77,41%, aspek kerja sama
sebesar 76,45% dan aspek disiplin sebesar 85,58%
c.
Tes : persentase ketuntasan klasikal sebesar
100%
C. Pembahasan
Berdasarkan
paparan diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan kinerja guru, aktifitas
siswa, dan hasil tes siswa yang telah memenuhi indikator yang ditentukan
sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model kontekstual dalam
konsep keliling dan luas pada bangun persegi dan persegi panjang pada siswa
kelas III di SD Negeri Citimun 1 memberi pengaruh positif terhadap upaya peningkatan
pemahaman siswa sehingga hipotesis tindakan dapat diterima secara logis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model
Kontekstual menjadi alternatif pilihan guru dalam pembelajaran agar dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
B. Saran
Pelajaran
matematika perlu mendapatkan perhatian khusus agar tidak lagi dianggap sulit
oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Choto, Aan.
(2009). Definisi dan Kharakteristik matematika. [Online]. Tersedia di : http://sman1ampekangkek.com (1mei2010)
Deporter, Bobi; Reardon dan Nourie (2005) Quantum
teaching: Mempraktikkan Quantum learning di Ruang ruang kelas. Terjemahan Ary
Nilandari. Bandung: Kaifa
Suwangsih , Erna dan Tiurlina. (2006) Model
pembelajaran matematika.Bandung: UPIPRESS
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar